Ahad, Mei 03, 2009

10 ciri generasi yang mempunyai tuhan (ALLAH s.w.t); siri 3

Selanjutnya: Keintelektualan dalam berfikir dan berupaya melawan hawanafsu

Mutsaqqoful Fikri

Keintelektualan dalam berfikir (mutsaqqoful fikri) merupakan salah satu komponen pribadi muslim yang penting. Karena itu salah satu sifat Rasul adalah fatonah (cerdas) dan Al-Qur'an banyak mengungkap ayat-ayat yang merangsang manusia untuk berpikir, misalnya firman Allah yang artinya:

Mereka bertanya kepadamu tentang, khamar dan judi. Katakanlah: pada keduanya itu terdapat dosa besar dan beberapa manfaat bagi manusia, tetapi dosa keduanya lebih besar dari manfaatnya.' Dan mereka bertanya kepadamu apa yang mereka nafkahkan. Katakanlah: 'Yang lebih dari keperluan.' Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu supaya kamu berpikir (QS 2:219).

Di dalam Islam, tidak ada satupun perbuatan yang harus kita lakukan, kecuali harus dimulai dengan berfikir. Karenanya seorang muslim harus memiliki wawasan keislaman dan keilmuan yang luas. Bisa kita bayangkan, betapa bahayanya suatu perbuatan tanpa mendapatkan pertimbangan pemikiran secara matang terlebih dahulu. Oleh karena itu Allah mempertanyakan kepada kita tentang tingkatan intelektualitas seseorang sebagaimana firman-Nya yang ertinya:

Katakanlah: samakah orang yang mengetahui dengan orang yang tidak mengetahui, sesungguhnya orang-orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran (QS 39:9).

Perlu berpengetahuan tentang Islam dan maklumat am supaya mampu menceritakan kepada orang lain.
Perlu bersumberkan kepada Al-Quran dan Hadis dan diterangkan oleh ulama yang thiqah.
Pesan Imam Banna: Perlu boleh membaca dengan baik, mempunyai perpustakaan sendiri dan cuba menjadi pakar dalam bidang yang diceburi.
Mampu membaca Al-Quran dengan baik, tadabbur, mempelajari seerah, kesah salaf dan kaedah serta rahsia hukum yang penting.

Mujahadatun Linafsihi

Setiap manusia memiliki kecenderungan pada yang baik dan yang buruk. Melaksanakan kecenderungan pada yang baik dan menghindari yang buruk amat menuntut adanya kesungguhan dan kesungguhan itu akan ada bilamana seseorang berjuang dalam melawan hawa nafsunya sendiri. Oleh kerana itu hawa nafsu yang ada pada setiap diri manusia harus ditundukkan sedaya upayauntuk patuh pada ajaran Islam, Rasulullah SAW bersabda yang ertinya:

Tidak beriman seseorang dari kamu sehingga ia menjadikan hawa nafsunya mengikuti apa yang aku bawa (ajaran islam) (HR. Hakim).

  1. Perlu azam yang kuat untuk melawan kehendak nafsunya dan mengikut kehendak Islam.
  2. Tidak menghiraukan apa orang kata dalam mempraktikkan Islam.
  3. Dai mungkin melalui suasana sukar yang tidak akan dapat dihadapi oleh orang yang tidak biasa dengan kesusahan.
Catatan editor: Jika kita mahu menjadi orang yang Rabbani, tidak cukup dengan berlaku bijak atau mempunyai ilmu yang banyak. Kita perlu melawan hawa nafsu. Seiring..


Tiada ulasan: